11Ayat Alquran Tentang Bersyukur beserta Terjemahannya. DALAM memahami makna syukur, seorang mukmin harus tahu dahulu terait 11 ayat Alquran tentang bersyukur. Syukur secara bahasa adalah, "Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut" (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). 3Cerita Motivasi Hidup untuk Selalu Bersyukur. Banyak yang bilang bahwa kita harus selalu bersyukur setiap waktu. Namun, kenyataannya terkadang kita tidak mensyukuri segala hal yang dimiliki dan cenderung menyalahkan hidup. Beberapa cerita motivasi hidup berikut ini akan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dalam keadaan apa pun. KisahOrang-Orang Beruntung Yang Selamat Dari Bencana Alam Dahsyat. by Adi Nugroho May 22, 2015, Orang Yang Selamat Setelah Terjebak 2 Bulan Dalam Mobil Tertimbun Salju. Apa yang dilakukan alam selalu tidak terduga. Yang bisa kita lakukan adalah selalu berhati-hati dan mawas diri. Karena tugas manusia adalah bersyukur dari apa yang 8Cerita Inspiratif Untukmu Biar Lebih Bersyukur. Cerita Inspiratif - Dalam kehidupan ini memang tidak selalu mengalami keberhasilan, ada saatnya usaha yang dilakukan berbuah kegagalan. Namun dengan adanya kegagalan harusnya tidak putus asa dan merasa semangat hidupnya hilang. karena memang itu adalah takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan Yang . Jakarta - Abu Qilabah adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal selalu bersyukur. Nama lengkapnya, yaitu Abdullah bin Zaid al-Jarmi. Beliau termasuk seorang perawi yang banyak meriwayatkan hadits dari Anas bin dari buku Kearifan Islam karya Maulana Wahiduddin Khan, Abu Qilabah berasal dari kota Bashrah dan wafat di Syam pada tahun 104 H. Ia juga merupakan seorang yang masyhur sebagai ahli ibadah dan Abu Qilabah memiliki kepribadian selalu bersyukur terhadap rahmat Allah dan selalu haus akan ilmu. Suatu hari, Abu Qilabah pernah ditanya, "Siapakah orang yang paling kaya?" Kemudian ia menjawab, "Orang yang paling kaya adalah orang yang bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya.""Lalu siapakah orang yang paling berilmu?" tanya seseorang itu Qilabah menjawab, "Orang yang selalu meningkatkan pengetahuannya melalui pemberian itu."Kisah Abu Qilabah yang Selalu Bersyukur dan Sabar dalam Setiap KeadaanKisah Abu Qilabah yang selalu bersyukur dikisahkan dalam buku Rahasia Dahsyat di Balik Kata Syukur karya Yana Adam, berdasarkan riwayat dari Abdullah bin bin Muhammad pernah mengatakan, "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil yang dari bentuknya menunjukkan bahwa pemiliknya orang yang sangat aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku melihat ada seorang laki-laki, tetapi bukan laki-laki laki-laki itu sedang berbaring dengan tangan dan kakinya yang buntung, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang lisannya, orang tersebut mengucapkan, "Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat memuliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain."Lantas aku pun menemuinya dan berkata kepada orang itu, "Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?"Sang laki-laki pemilik kemah menjawab, "Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung apa yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."Aku kembali bertanya, "Bersyukur atas apa?"Laki-laki pemilik kemah menjawab lagi, "Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu sholat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun, sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?"Aku pun menyanggupi permohonannya dan pergi untuk mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku mendapati jenazah yang sedang dikerubungi oleh singa. Ternyata, anak laki-laki tersebut telah diterkam oleh kumpulan tragedi itu, aku pun bingung bagaimana cara mengatakan kepada laki-laki pemilik kemah itu. Aku lalu kembali dan berkata kepadanya untuk menghiburnya."Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayyub?"Lelaki itu menjawab, "Iya, aku tahu kisahnya."Kemudian aku bertanya lagi, "Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?"Ia menjawab, "Ia menghadapinya dengan sabar." Aku bertanya kembali, "Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub dengan kefakiran. Bagaimana keadaannya?"Lagi-lagi ia menjawab, "Ia bersabar." Aku kembali memberi pertanyaan, "Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?"Ia menjawab, "Ia tetap bersabar." Aku kembali bertanya yang terakhir kali, "Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?"Ia menjawab dan balik bertanya, "Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku dimana anakku?"Lalu aku berkata, "Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau."Selanjutnya, laki-laki pemilik kemah itu berkata, "Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga ia di azab di neraka."Kemudian ia menarik napas panjang lalu meninggal dunia. aku pun membaringkannya di tangan, kututupi dengan jubahku, dan meminta bantuan kepada empat orang laki-laki yang lewat mengendarai kuda untuk mengurus laki-laki tersebut ternyata mengenali jenazah yang tinggal di kemah kecil, mereka berkata, "Ini adalah Abu Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini pernah dimintai oleh khalifah untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut."Dikatakan dalam riwayat lain, Abu Qilabah merupakan sahabat terakhir Rasulullah SAW terakhir pada masa itu sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim. Itu merupakan jabatan yang mulia, tetapi Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti kisah Abu Qilabah, sahabat nabi yang senantiasa selalu bersyukur dan bersabar. Semoga, sifat mulianya tersebut dapat diteladani oleh umat dari sosok sahabat nabi Abu Qilabah, detikers juga bisa tantang diri kamu untuk mengucap rasa syukur hari ini lewat program Alhamdullah Challenge yang ada DI SINI. Tak hanya itu, kamu turut berkesempatan untuk memenangkan hadiah smartphone dan uang jutaan rupiah kalau rutin bersyukur. Yuk, ceritakan hal-hal yang kamu syukuri hari ini! Kisah Web – Contoh kisah bersyukur bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk menyikapi keterbatasan yang dirasakan dalam hidup. Sebab, selalu saja ada perasaan kurang walau kenyataannya banyak nikmat yang sudah terlalu sibuk untuk mencari yang belum ada, sehingga lupa mensyukuri rezeki yang telah didapat. Bahkan ada golongan manusia yang sama sekali tidak memiliki rasa syukur atas rezeki. Namun ada golongan manusia yang pandai menyikapi hidup. Mereka selalu memaknai jalan hidup dan apa yang ia miliki sebagai karunia, sehingga mereka selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Seperti kisah berikut ini;Dikisahkan terdapat seorang lelaki kaya raya sedang duduk didepan rumahnya, ia memandang ke arah jalanan. Matanya kemudian tertuju pada satu titik,ia melihat seorang lelaki mengambil sesuatu dari tong sampah, si kaya itu kemudian berkata syukurlah saya tidak yang miskin itu kemudian berjalan, ia memandang sekelilingnya dan melihat seorang pengemis telanjang di jalanan. Si miskin itu pun berucap, syukurlah saya miskin, tetapi saya tidak menjadi pengemis yang ada di jalanan kemudian melihat ambulan melintas yang sedang membawa orang sakit. Ambulan berhenti di lampu merah dan nampak jelas pasiesn yang merintih kesakitan. Pengemis ini lalu berkata, syukurlah saya masih dalam keadaan sehatKemudian orang sakit tiba dirumah sakit, dengan penderitaan atas penyakit yang ia derita ia pun menangis kesakitan. Namun disana ia melihat melihat troli membawa mayat keluar dari kamarnya. Ia mengatakan, syukur alhamdulilah saya masih diberi kesempatan dalam perjalanan ini hanya orang mati itu saja yang sudah tidak bisa bersyukur. Lalu, sudahkah Anda bersyukur hari ini ? Jangan sia-siakan waktu untuk bersyukur atas nikmat yang telah melekat padamu. Bersyukurlah karena kita masih diberi kesempatan untuk bahwa rumus bahagia adalah bersyukur. Beban hidup yang terasa berat bisa berangsur mengurang jika anda pandai mensyukuri kehidupan. Sebaliknya, jika rasa syukur dalam diri hilang, maka yang dirasakan hanyalah kurang dan haus akan dunia saja. Padahal kita paham bahwa perut dan hasrat manusia tidak akan pernah puas sampai iya tertimbun oleh tanah. – Abu Qilabah salah satu sahabat nabi yang kisahnya mengharukan. Dari kisah Abu Qilabah kita bisa belajar untuk selalu bersyukur atas apa pun yang kita miliki dan bersabar dengan apa yang menimpa oleh Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, kisah ini diriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad, ia mengatakan, suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang lisannya orang itu mengucapkan “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain. Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?”Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.”Aku kembali bertanya, “Bersyukur atas apa?”Laki-laki pemilik kemah itu menjawab lagi, “Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu sholat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?”Aku pun menyanggupinya dan pergi untuk mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku mendapati jenazah yang sedang dikelilingi oleh singa. Ternyata anaknya laki-laki itu sudah dimakan oleh singa. Aku pun bingung bagaimana caraku untuk mengatakannya kepada laki-laki pemilik kemah pun kembali dan berkata kepadanya, “Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayub?” Laki-laki itu menjawab, “Iya, aku tahu kisahnya.” Kemudian aku bertanya lagi, “Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?”Ia menjawab, “Ia menghadapinya dengan sabar.” Aku kembali bertanya, “Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub dengan kefakiran. Bagaimana keadaanya?” Ia menjawab, “Ia bersabar.”Aku kembali bertanya, “Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?” Ia menjawab, “Ia tetap bersabar.”Aku kembali bertanya, “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?” Ia menjawab dan bailk bertanya, “Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku di mana anakku?”Kemudian aku berkata, “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau”.Kemudian Laki-laki pemiliki kemah ini mengatakan, “Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga ia diazab di neraka.”Kemudian ia menarik napas panjang lalu meninggal dunia. Aku pun membaringkannya di tangannya dan berpikir apa yang harus aku perbuat. Aku sendirian dan bagaiman aku mengurus jenazah ini. Kemudian aku tutupi dengan jubahku dan beberapa saat kemudian lewat empat orang laki-laki mengendarai berkata, “Wahai saudara, apa yang terjadi padamu?”Kemudian aku pun menceritakan kepada mereka apa yang telah aku alami dan aku meminta bantuan kepada mereka untuk mengurus jenazah laki-laki ini. Mereka bertanya, “Siapa dia?”Lalu aku menjawab, “aku juga tidak mengenalnya, dia dalam keadaan sakit dan memprihatinkan,”Kemudian keempat laki-laki ini meminta untuk membuka penutup wajahnya, karena mungkin salah satu dari mereka mengenalnya. Ketika aku membuka penutup wajahnya, tiba-tiba mereka tersentak, lalu mencium dan menangisinya, dan berkata, “Subhanallah, wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang selalu menunduk atas apa yang diharamkan Allah. Tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur”.Aku pun bertanya, “Kalian kenal dengan laki-laki ini?”Mereka menjawab, “Engkau tidak mengenalnya?”Aku menjawab bahwa aku tidak tau siapa laki-laki ini. Kemudian mereka berkata,“Ini adalah Abu Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini, pernah dimintai oleh khalifah untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut.”Perlu diketahui bahwa jabatan hakim atau qadhi ini adalah suatu jabatan khusus, di mana mereka akan mengatur hukum dan menentukan hukum di antara manusia. Ini merupakan jabatan yang mulia pada saat itu. Namun, Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti Abdullah bin Muhammad bersama empat laki-laki tadi pun memandikan, mengkafani, dan mensalatkannya, sebelum akhirnya memamkamkan beliau. Dikatakan dalam kisah lain bahwa Abu Qilabah ini adalah sahabat Rasulullah terakhir pada masa itu, sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim. Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسيTim Majalah As-SunnahEditor Eko Haryanto Abu Ziyad2013 - 1435أبو قلابة درس في الصبر والشكر باللغة الإندونيسية »فريق مجلة السنةمراجعة أبو زياد إيكو هاريانتو2013 - 1435Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’allaSegala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh yang sering mengamati isnad hadits, nama Abu Qilabah tidaklah asing, karena sering disebutkan dalam isnad-isnad hadits. Terutama, karena ia seorang perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik. Sahabat ini merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam. Oleh karena itu, nama Abu Qilabah sering disebut secara berulang-ulang, seiring diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban di dalam ats-Tsiqot menyebutkan kisah menakjubkan tentangnya, yang menunjukan kekuatan keimanan Abu Qibalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’ bernama 'Abdullah bin Zaid al Jarmi, salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari al Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin al Huwairits Radhiyallahu anhuma. Beliau wafat di Negeri Syam pada tahun 104 Hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Yazid bin 'Abdil-Malik.'Abdullah bin Muhammad berkata Aku keluar menuju tepi pantai untuk memantau kawasan pantai dari kedatangan musuh. Tatkala tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat di tepi pantai. Di dataran tersebut ada sebuah kemah, yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya. Pendengarannya telah lemah dan matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya, kecuali lisannya. Orang itu berkata, "Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan."'Abdullah bin Muhammad berkata,"Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini. Apakah ia memahami dan mengetahui yang diucapkannya itu? Ataukah ucapannya itu ilham yang diberikan kepadanya?" Akupun mendatangi, lalu mengucapkan salam kepadanya. Kukatakan kepadanya "Aku mendengar engkau berkata 'Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan'. Nikmat manakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji -Nya atas nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?" Orang itu menjawab Tidakkah engkau melihat yang telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku bersyukur kepada -Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidahku wahai hamba Allah Shubhanahu wa ta’ala. Engkau telah mendatangiku, maka aku perlu bantuanmu. Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang anak yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu sholat, ia mewudhukan aku. Jika aku lapar, ia menyuapiku. Jika aku haus, ia memberi aku minum. Namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya, maka tolonglah engkau mencari kabar tentangnya. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati engkau. Aku berkata,"Demi Allah, tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya, dan ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau," maka akupun berjalan mencari anak orang tersebut, hingga tidak jauh dari tempat itu, aku sampai di suatu gudukan pasir. Tiba-tiba aku mendapati anak orang tersebut telah diterkam dan dimakan binatang buas. Akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji'un. Aku berkata,"Bagaimana aku mengabarkan kejadian ini kepada orang tersebut?"Tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub Alaihissallam. Begitu aku menemui orang tersebut, maka akupun mengucapkan salam kepadanya. Dia menjawab salamku dan bertanya,"Bukankah engkau orang yang tadi menemuiku?" Aku menjawab,"Benar."Ia bertanya,"Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?" Akupun berkata kepadanya,"Engkau lebih mulia di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla ataukah Nabi Ayyub Alaihissallam ?"Ia menjawab,"Tentu Nabi Ayyub Alaihissallam."Aku bertanya,"Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada Nabi Ayyub? Bukankah -Dia telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?"Orang itu menjawab,"Tentu aku tahu."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?"Ia menjawab,"Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya." Ia menimpali,"Benar."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikapnya?" Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?" Ia menjawab,"Iya."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?"Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla. Langsung saja jelaskan maksudmu. Semoga -Dia merahmatimu."Aku pun berkata,"Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau." Orang itu berkata,"Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepada -Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka," kemudian ia berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un," lalu ia menarik nafas yang panjang, kemudian meninggal dunia. Aku berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un."Besar musibahku, orang seperti ini, jika aku biarkan begitu saja, maka akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk, maka aku tidak bisa melakukan apa-apa [1] .Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya, dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku "Wahai 'Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" Akupun menceritakan kepada mereka yang telah aku alami. Lalu mereka berkata,"Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!" Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata "Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan –Nya. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur".Aku bertanya kepada mereka "Siapakah orang ini. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati kalian?" Mereka menjawab,"Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas. Dia sangat cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam," lalu kamipun memandikan dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolati dan usai merekapun berpaling pulang, dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan. Tatkala malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah Shubhanahu wa ta’allaقال الله تعالى ﴿ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ٢٤ ﴾ [الرعد 24]"Salamun 'alaikum bima shabartum" [keselamatan bagi kalian dengan masuk ke dalam surga karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [ar-Ra'd/1324].Aku bertanya kepadanya,"Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?"Ia menjawab,"Benar."Aku berkata,"Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?" Ia menjawab,"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan tenteram bersama dengan rasa takut kepada -Nya, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak ramai."Diterjemahkan oleh Abu Abdil-Muhsin, dari Kitab ats-Tsiqot, karya Ibnu Hibban. Tahqiq as-Sayyid Syarofuddin Ahmad, Penerbit Darul Fikr, Jilid 5 halaman 2-5 [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1] Hal ini, karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia. Dan kemungkinan 'Abdullah tidak membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut. Sehingga, jika ia hendak pergi mencari alat untuk menguburkan orang tersebut, maka bisa saja datang binatang buas memakannya. Wallahu a'lam.

kisah orang yang selalu bersyukur